Senin, 04 Juni 2012

makalah media pembelajaran


     MAKALAH
        MEDIA PEMBELAJARAN


                                                                   PPs UNP-1       

         TUGAS AKHIR MATA KULIAH
   MEDIA PEMBELAJARAN

      Dosen Pengampu:
            Dr. INDRATI  KUSUMANINGRUM, M.Pd.

         Disusun Oleh:
              DRS. ADLI SUMANTRI
         NIM. 1104014


           PROGRAM MEGISTER TEKNOLOGI PENDIDIKAN
    UNIVESITAS NEGERI PADANG
   2012

BAB I             TEORI PEMBELAJARAN DAN MEDIA
A.      Teori Belajar
Latar    Belakang Teori Belajar dan       Pembelajaran

Dalam rangka meningkatkan kemampuan pendidik, mereka harus memiliki dasar empiris yang kuat untuk mendukung profesi mereka sebagai pengajar. Kenyataan yang ada, kurikulum yang selama ini diajarkan di sekolah menengah kurang mampu mempersiapkan siswa untuk masuk ke perguruan tinggi. Kemudian kurangnya pemahaman akan pentingnya relevansi pendidikan untuk mengatasi masalah-masalah sosial dan budaya, serta bagaimana bentuk pengajaran untuk siswa dengan beragam kemampuan    intelektual..

Teori belajar adalah teori yang mendeskripsikan apa yang sedang terjadi saat proses belajar berlangsung dan kapan proses belajar tersebut berlangung.
Tidak ada batasan yang jelas, bagaimana seseorang yang mengandalkan teori belajar dapat mengambil intisari yang tepat yang akan membimbing dia pada saat menyusun kurikulum. Ketika saya mengatakan bahwa teori pembelajaran itu prescriptive, yang saya maksud adalah suatu yang ada sebelum adanya fakta. Itu adalah sesuatu yang ada sebelum proses belajar terjadi, bukan ketika, dan bukan setelahnya.
Teori pembelajaran harus mampu menghubungkan antara hal yang ada sekarang dengan bagaimana menghasilkan hal tersebut. Teori belajar menjelaskan dengan pasti apa yang terjadi, namun teori pembelajaran ’hanya’ membimbing apa yang harus dilakukan untuk menghasilkan hal tersebut.

Ada      4 hal     yang     terkait   dengan teori    pembelajaran:
1. teori pembelajaran harus memperhatikan bahwa terdapat banyak kecenderungan cara belajar siswa, dan kecenderungan ini sudah dimiliki siswa jauh sebelum ia masuk ke           sekolah.
2. teori ini juga terkait dengan adanya struktur pengetahuan. Ada 3 hal yang terkait dengan         struktur            pengetahuan:
a. struktur pengetahuan harus mampu menyederhanakan suatu informasi yang sangat luas
b. struktur tersebut harus mampu membawa siswa kepada hal-hal yang baru, melebihi informasi yang     anda            jelaskan
c. struktur pengetahuan harus mampu meluaskan cakrawala berpikir siswa, mengkombinasikannya         dengan            ilmu-ilmu           lain.
3. teori pembelajaran juga terkait dengan hubungan yang optimal. Seorang guru harus mampu mencari hubungan yang mudah tentang sesuatu yang akan diajarkan agar murid lebih mudah menangkap informasi tersebut.
4. yang terakhir, teori pembelajaran terkait dengan penghargaan dan hukuman.






Berdasarkan paparan umum diatas, akan dibahas beberapa teori pembelajaran antara lain :
1.Teori Pembelajaran    Deskriptif dan   Perspektif
2.Teori Pembelajaran    Behavioristik
3.Teori Pembelajaran    Kognitivistik
4.Teori Pembelajaran    Humanistik
5. Teori Pembelajaran Konstruktivistik

1.      Teori   Deskriptif dan Perspektifnya.

Untuk membedakan antara teori belajar dan teori pembelajaran bisa diamati dari posisional teorinya, apakah berada pada tataran teori deskriptif atau perspektif. Bruner (dalam Dageng 1989) mengemukakan bahwa teori pembelajaran adalah perspektif dan teori belajar adalah deskriptif. Perspektif karena tujuan utama teori pembelajaran adalah menetapkan metode pembelajaran yang optimal, sedangkan teori belajar bersifat deskritif karena tujuan utama teori belajar adalah menjelaskan proses belajar. Teori belajar menaruh perhatian pada hubungan aantara variable-variabel yang menentukan hasil belajar. Sedangkan teori pembelajaran sebaliknya teori ini menaruh perhatian pada bagaimana seseorang mempengaruhi orang lain agar terjadi proses belajar. Dengan kata lain teori pembelajaran berurusan dengan upaya mengontrol variable yang dispesifikasikan dalam teori belajar agar dapat memudahkan belajar. (C.Asri    Budiningsih,2004)


• KELEBIHAN DAN KEKURANGAN TEORI BELAJAR DESKRIPITIF
KELEBIHAN
lebih terkonsep sehingga siswa lebih memahami materi yang akan disampaikan.
mendorong siswa untuk mencari sumber pengetahuan sebanyak-banyaknya dalam mengerjakan suatu tugas.
KEKURANGAN
kurang memperhatikan sisi psikologis siswa dalam mendalami suatu materi.
• KELEBIHAN DAN KEKURANGAN TEORI BELAJAR PRESKRIPTIF
KELEBIHAN
lebih sistematis sehingga memiliki arah dan tujuan yang jelas.
banyak member motivasi agar terjadi proses belajar.
mengoptimalisasikan kerja otak secara maksimal.
KEKURANGAN
membutuhkan waktu cukup lama
2.      Teori Belajar Behavioristik dan Penerapannya

Teori belajar behavioristik menjelaskan belajar itu adalah perubahan perilaku yang dapat diamati, diukur dan dinilai secara konkret. Perubahan terjadi melalui rangsangan (stimulans) yang menimbulkan hubungan perilaku reaktif (respon) berdasarkan hukum-hukum mekanistik. Stimulans tidak lain adalah lingkungan belajar anak, baik yang internal maupun eksternal yang menjadi penyebab belajar. Sedangkan respons adalah akibat atau dampak, berupa reaksi fifik terhadap stimulans. Belajar berarti penguatan ikatan, asosiasi, sifat da kecenderungan perilaku S-R (stimulus-Respon).


KELEBIHAN DAN KEKURANGAN TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK
*KELEBIHAN
1. Membiasakan guru untuk bersikap jeli dan peka pada situasi dan kondisi belajar
2. Metode behavioristik ini sangat cocok untuk memperoleh kemampuan yang menbutuhkan praktek dan pembiasaan yang mengandung unsur-unsur seperti: kecepatan, spontanitas, kelenturan, refleksi, daya tahan, dan sebagainya.
3. Guru tidak banyak memberikan ceramah sehingga murid dibiasakan belajar mandiri. Jika menemukan kesulitan baru ditanyakan kepada guru yang bersangkutan
4. Teori ini cocok diterapkan untuk melatih anak-anak yang masih membutuhkan dominansi peran orang dewasa , suka mengulangi dan harus dibiasakan , suka meniru dan senang dengan bentuk-bentuk penghargaan langsung seperti diberi permen atau pujian.
5. Mampu membentuk suatu perilaku yang diinginkan mendapatkan penguatan positif dan perilaku yang kurang sesuai mendapat penghargaan negatif, yang didasari pada perilaku yang tampak.
6. Dengan melalui pengulangan dan pelatihan yang kontinue dapat mengoptimalkan bakat dan kecerdasan siswa yang sudah terbentuk sebelumnya. Jika anak sudah mahir dalam satu bidang tertentu maka akan lebih dapat dikuatkan lagi dengan pembiasaan dan pengulangan yang kontinue tersebut dan lebih optimal.
7. Bahan pelajarn yang disusun secara hierarkis dari yang sederhana sampai pada yang kompleks dengan tujuan pembelajaran dibagi dalam bagian-bagian kecil yang ditandai dengan pencapaian suatu ketrampilan tertentu mampu menghasilkan sustu perilaku yang konsisten terhadap bidang tertentu.

*KEKURANGAN
1. Sebuah konsekuensi bagi guru, untuk menyusun bahan pelajaran dalam bentuk yang sudah siap
2. Tidak setiap mata pelajaran bisa menggunakan metode ini
3. Penerapan teori behavioristik yang salah dalam suatu situasi pembelajaran juga mengakibatkan terjadinya proses pembelajaran yang sangat tidak menyenangkan bagi siswa yaitu guru sebagai sentral, bersikap otoriter, komunikasi berlangsung satu arah, guru melatih dan menentukan apa yang harus dipelajari murid.
4. Murid berperan sebagai pendengar dalam proses pembelajaran dan menghafalkan apa yang didengar dan dipandang sebagai cara belajar yang efektif
5. Penggunaan hukuman yang sangat dihindari oleh para tokoh behavioristik justru dianggap metode yang paling efektif untuk menertibkan siswa
6. Murid dipandang pasif, perlu motivasi dari luar dan sangat dipengaruhi oleh penguatan yang diberikan guru.
7. Penerapan teori behavioristik yang salah dalam suatu kondisi pembelajaran juga mengakibatkan terjadinya proses pembelajaran yang sangat tidak menyenangkan bagi siswa yaitu guru sebagai sentral bersikap otoriter, komunikasi berlangsung satu arah guru melatih dan menetukan apa yang harus dipelajari murid sehingga dapat menekan kreatifitas siswa.
Murid hanya mendengarkan dengan tertib penjelasan guru dan meghafalkan apa yang didengar dan dipandang sebagai cara belajar yang efektif sehingga inisiatif siswa terhadap suatu permasalahan yang muncul secara temporer tidak bisa diselesaiakn oleh siswa

3.      Teori Belajar Kognitivistik dan Penerapannya

Teori ini lebih menekankan kepada proses belajar daripada hasil belajar. Bagi yang menganut aliran kognitivistik belajar tidak hanya melibatkan hubungan antara stimulus dan respons. Lebih dari itu belajar adalah melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks. Menurut teori kognitivistik, ilmu pengetahuan dibangun didalam diri seseorang melalui proses interaksi yang berkesinambungan dengan lingkungan. Proses ini tidajk hanya berjalan terpatah-patah, terpisah-pisah, tetapi melalui proses mengalir,    bersambung      dan       menyeluruh.
Menurut psikologi kognitif belajar dipandang sebagai usaha untuk mengerti sesuatu. Usaha itu dilakukan secara aktif oleh siswa. Keaktifan itu dapat berupa mencari pengalaman, mencari informasi, mencermati lingkungan, mempraktekkan sesuatu untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Para psikolog pendidikan kognitif berkeyakinan bahwa pengetahuan yang dimiliki sebelumnya sangat menentukan keberhasilan mempelajari informasi atau pengetahuan yang baru.


KELEBIHAN DAN KEKURANGAN TEORI BELAJAR KOGNITIVISTIK
KELEBIHAN
1. menjadikan siswa lebih kreatif dan mandiri.
2. membantu siswa memahami bahan belajar secara lebih mudah
KEKURANGAN
1. teori tidak menyeluruh untuk semua tingkat pendidikan.
2. sulit di praktikkan khususnya di tingkat lanjut.
3. beberapa prinsip seperti intelegensi sulit dipahami dan pemahamannya masih belum tuntas.

4.Teori Belajar Humanistik dan Penerapannya

Menurut Teori humanistik, tujuan belajar adalah untuk memanusiakan manusia. \proses belajar dianggap berhasil jika si pelajar memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Siswa dalam proses belajarnya harus berusaha agar lambatlaun ia mampu mencapai aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya. Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut pandang pengamatnya.
Tujuan utama para pendidik adalah membantu si siswa untuk mengembangkan dirinya, yaitu membantu masing-masing individu untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan membantu dalam mewujudkan potensi-potensi yang ada dalam diri mereka. Para ahli humanistik melihat adanya dua bagian pada proses belajar,            ialah :
1.Proses           pemerolehan     informasi           baru,
2.Personalia      informasi           ini         pada     individu.

KELEBIHAN DAN KEKURANGAN TEORI BELAJAR HUMANISTIK
KELEBIHAN )
1. Teori ini cocok untuk diterapkan dalam materi pembelajaran yang bersifat pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan sikap, dan analisis terhadap fenomena sosial.
2. Indikator dari keberhasilan aplikasi ini adalah siswa merasa senang bergairah, berinisiatif dalam belajar dan terjadi perubahan pola pikir, perilaku dan sikap atas kemauan sendiri.
3. Siswa diharapkan menjadi manusia yang bebas, tidak terikat oleh pendapat orang lain dan mengatur pribadinya sendiri secara bertanggung jawab tanpa mengurangi hak-hak orang lain atau melanggar aturan, norma, disiplin atau etika yang berlaku.
KEKURANGAN *)
(http://www.perpustakaan-online.blogspot.com/2008/04/teori-belajar-humanistik.html)
1. Siswa yang tidak mau memahami potensi dirinya akan ketinggalan dalam proses belajar.
2. Siswa yang tidak aktif dan malas belajar akan merugikan diri sendiri dalam proses belajar.


4.Teori Belajar Konstruktivistik dan Penerapannya

 Hakikat           Pembelajaran    Konstruktivisme
Pembentukan pengetahuan menurut konstruktivistik memandang subyek aktif menciptakan struktur-struktur kognitif dalam interaksinya dengan lingkungan. Dengan bantuan struktur kognitifnya ini, subyek menyusun pengertian realitasnya. Interaksi kognitif akan terjadi sejauh realitas tersebut disusun melalui struktur kognitif yang diciptakan oleh subyek itu sendiri. Struktur kognitif senantiasa harus diubah dan disesuaikan berdasarkan tuntutan lingkungan dan organisme yang sedang berubah. Proses penyesuaian diri terjadi secara terus menerus melalui proses rekonstruksi.
Yang terpenting dalam teori konstruktivisme adalah bahwa dalam proses pembelajaran, si belajarlah yang harus mendapatkan penekanan. Merekalah yang harus aktif mengembangkan pengetahuan mereka, bukan pembelajar atau orang lain. Mereka yang harus bertanggung jawab terhadap hasil belajarnya. Penekanan belajar siswa secara aktif ini perlu dikembangkan. Kreativitas dan keaktifan siswa akan membantu mereka untuk berdiri sendiri dalam kehidupan kognitif siswa.
Belajar lebih diarahkan pada experimental learning yaitu merupakan adaptasi kemanusiaan berdasarkan pengalaman konkrit di laboratorium, diskusi dengan teman sekelas, yang kemudian dikontemplasikan dan dijadikan ide dan pengembangan konsep baru. Karenanya aksentuasi dari mendidik dan mengajar tidak terfokus pada si pendidik            melainkan         pada     pebelajar.

Beberapa hal yang mendapat perhatian pembelajaran konstruktivistik, yaitu:
(1) mengutamakan pembelajaran yang bersifat nyata dalam kontek yang relevan,
 (2) mengutamakan proses,
(3) menanamkan pembelajran dalam konteks pengalaman social,
(4)pembelajaran dilakukan dalam upaya mengkonstruksi pengalaman

KELEBIHAN DAN KEKURANGAN TEORI BELAJAR KONSTRUKTIVISTIK
KELEBIHAN )
1. Berfikir
dalam proses membina pengetahuan baru, murid berfikir untuk menyelesaikan masalah, menjana idea dan membuat keputusan.
2. Faham :Oleh kerana murid terlibat secara langsung dalam mebina pengetahuan baru, mereka akan lebih faham dan boleh mengapliksikannya dalam semua situasi.
3. Ingat :Oleh kerana murid terlibat secara langsung dengan aktif, mereka akan ingat lebih lama semua konsep. Yakin Murid melalui pendekatan ini membina sendiri kefahaman mereka. Justeru mereka lebih yakin menghadapi dan menyelesaikan masalah dalam situasi baru.
4. Kemahiran sosial :Kemahiran sosial diperolehi apabila berinteraksi dengan rakan dan guru dalam membina pengetahuan baru.
5. Seronok :Oleh kerana mereka terlibat secara terus, mereka faham, ingat, yakin dan berinteraksi dengan sihat, maka mereka akan berasa seronok belajar dalam membina pengetahuan baru.
KEKURANGAN )
1. Dalam bahasan kekurangan atau kelemahan ini mungkin bisa kita lihat dalam proses belajarnya dimana peran guru sebagai pendidik itu sepertinya kurang begitu mendukung.
2. lebih luas cakupan makna dan sulit dipahami.

Kesimpulan
Kesimpulan      Teori-teori        Pembelajaran
Reigeluth (1983 dalam degeng 1990) mengemukakan bahw teori perspektif adalah goal oriented, sedangkan teori deskriptif adalah goal free. Maksudnya adalah bahwa teori pembelajaran perspektif dimaksudkan untuk mencapai suatu tujuan sedangkan teori pembelajaran deskriptif dimaksudkan untuk memberikan hasil.
Menurut teori behavioristik, belajar diartikan sebagi proses perubahan tingkah laku akibat dari interaksi antara stimulus dan respon. Belajar tidaknya seseorang bergantung pada factor yang diberikan lingkungan.
Menurut teori kognitif, belajar tidak hanya melibatkan hubungan antara stimulus dan respon, tetapi melibatkan proses belajar yang sangat kompleks.
Menurut teori humanistic, proses belajar dilakukan dengan memberikan sebebas-bebasnya kepada individu.
Menurut teori konstruktivisme memahami belajar sebagai proses pembentukan pengetahuan oleh si belajar itu sendiri.

B. Teori Media Pebelajaran

Media berasal dari bahasa latin merupakan bentuk jamak dari “Medium” yang secara harfiah berarti “Perantara” atau “Pengantar” yaitu perantara atau pengantar sumber pesan dengan penerima pesan.  Dalam Proses belajar mengajar di kelas, Media berarti sebagai sarana yang berfungsi menyalurkan pengetahuan dari Guru kepada peserta didik. Kelancaran Aplikasi Model Pembelajaran sedikit banyak ditentukan pula oleh Media Pembelajaran yang digunakan. Beberapa ahli memberikan definisi tentang media pembelajaran. Penggunaan media pembelajaran dalam penelitian Kuantitatif maupun Kualitatif juga menjadi ukuran penting dalam proses pembuktian  hipotesa. Schramm (1977) mengemukakan bahwa media pembelajaran adalah teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran.

Sementara itu, Briggs (1977) berpendapat bahwa media pembelajaran adalah sarana fisik untuk menyampaikan isi/materi pembelajaran seperti : buku, film, video dan sebagainya. Sedangkan, National Education Associaton (1969) mengungkapkan bahwa media pembelajaran adalah sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun pandang-dengar, termasuk teknologi perangkat keras. Dari ketiga pendapat di atas disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan, dapat merangsang fikiran, perasaan, dan kemauan peserta didik sehingga dapat mendorong terciptanya proses belajar pada diri peserta didik.




Media memiliki beberapa fungsi, diantaranya :
  1. Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki oleh para peserta didik. Pengalaman tiap peserta didik berbeda-beda, tergantung dari faktor-faktor yang menentukan kekayaan pengalaman anak, seperti ketersediaan buku, kesempatan melancong, dan sebagainya. Media pembelajaran dapat mengatasi perbedaan tersebut. Jika peserta didik tidak mungkin dibawa ke obyek langsung yang dipelajari, maka obyeknyalah yang dibawa ke peserta didik. Obyek dimaksud bisa dalam bentuk nyata, miniatur, model, maupun bentuk gambar – gambar yang dapat disajikan secara audio visual dan audial.
  2. Media pembelajaran dapat melampaui batasan ruang kelas. Banyak hal yang tidak mungkin dialami secara langsung di dalam kelas oleh para peserta didik tentang suatu obyek, yang disebabkan, karena : (a) obyek terlalu besar; (b) obyek terlalu kecil; (c) obyek yang bergerak terlalu lambat; (d) obyek yang bergerak terlalu cepat; (e) obyek yang terlalu kompleks; (f) obyek yang bunyinya terlalu halus; (f) obyek mengandung berbahaya dan resiko tinggi. Melalui penggunaan media yang tepat, maka semua obyek itu dapat disajikan kepada peserta didik.
  3. Media pembelajaran memungkinkan adanya interaksi langsung antara peserta didik dengan lingkungannya.
  4. Media menghasilkan keseragaman pengamatan
  5. Media dapat menanamkan konsep dasar yang benar, konkrit, dan realistis.
  6. Media membangkitkan keinginan dan minat baru.
  7. Media membangkitkan motivasi dan merangsang anak untuk belajar.
  8. Media memberikan pengalaman yang integral/menyeluruh dari yang konkrit sampai dengan abstrak
Terdapat berbagai jenis media belajar, diantaranya:
  1. Media Visual : grafik, diagram, chart, bagan, poster, kartun, komik
  2. Media Audial : radio, tape recorder, laboratorium bahasa, dan sejenisnya
  3. Projected still media : slide; over head projektor (OHP), LCD Proyektor dan sejenisnya
  4. Projected motion media : film, televisi, video (VCD, DVD, VTR), komputer dan sejenisnya.
  5. Study Tour Media : Pembelajaran langsung ke obyek atau tempat study seperti Museum, Candi, dll.
Sejalan dengan perkembangan IPTEK penggunaan media, baik yang bersifat visual, audial, projected still media maupun projected motion media bisa dilakukan secara bersama dan serempak melalui satu alat saja yang disebut Multi Media. Contoh : dewasa ini penggunaan komputer tidak hanya bersifat projected motion media, namun dapat meramu semua jenis media yang bersifat interaktif.
Allen mengemukakan tentang hubungan antara media dengan tujuan pembelajaran, sebagaimana terlihat dalam tabel di bawah ini :
Jenis Media
1
2
3
4
5
6
Gambar Diam
S
T
S
S
R
R
Gambar Hidup
S
T
T
T
S
S
Televisi
S
S
T
S
R
S
Obyek Tiga Dimensi
R
T
R
R
R
R
Rekaman Audio
S
R
R
S
R
S
Programmed Instruction
S
S
S
T
R
S
Demonstrasi
R
S
R
T
S
S
Buku teks tercetak
S
R
S
S
R
S
Keterangan :
R = Rendah S = Sedang T= Tinggi
1 = Belajar Informasi faktual
2 = Belajar pengenalan visual
3 = Belajar prinsip, konsep dan aturan
4 = Prosedur belajar
5= Penyampaian keterampilan persepsi motorik
6 = Mengembangkan sikap, opini dan motivasi
Kriteria yang paling utama dalam pemilihan media bahwa media harus disesuaikan dengan tujuan pembelajaran atau kompetensi yang ingin dicapai. Contoh : bila tujuan atau kompetensi peserta didik bersifat menghafalkan kata-kata tentunya media audio yang tepat untuk digunakan. Jika tujuan atau kompetensi yang dicapai bersifat memahami isi bacaan maka media cetak yang lebih tepat digunakan. Kalau tujuan pembelajaran bersifat motorik (gerak dan aktivitas), maka media film dan video bisa digunakan. Di samping itu, terdapat kriteria lainnya yang bersifat melengkapi (komplementer), seperti: biaya, ketepatgunaan; keadaan peserta didik; ketersediaan; dan mutu teknis.

BAB II              MODEL ASSURE

A. Definisi Model ASSURE
ASSURE model adalah salah satu petunjuk dan perencanaan yang bisa membantu untuk bagaimana cara merencanakan, mengidentifikasi, menentukan tujuan, memilih metode dan bahan, serta evaluasi.
Model assure ini merupakan rujukan bagi pendidik dalam membelajarkan peserta didik dalam pembelajaran yang direncanakan dan disusun secara sistematis dengan mengintegrasikan teknologi dan media sehingga pembelajaran menjadi lebih efektif dan  bermakna bagi peserta didik.
Pembelajaran dengan menggunakan ASSURE Model  mempunyai beberapa tahapan yang dapat membantu terwujudnya pembelajaran yang efektif dan bermakan bagi peserta didik.
  1. A.  TAHAPAN TAHAPAN MODEL ASSURE
Tahapan tersebut menurut Smaldino merupakan penjabaran dari ASSURE Model, adalah sebagai berikut:
1.    ANALYZE LEARNER  (Analisis Pembelajar)
Tujuan utama dalam menganalisa termasuk pendidik dapat menemui kebutuhan belajar siswa yang urgen sehingga mereka mampu mendapatkan tingkatan pengetahuan dalam pembelajaran secara maksimal. Analisis pembelajar meliputi tiga faktor kunci dari diri pembelajar yang meliputi :
a) General Characteristics (Karakteristik Umum)
Karakteristik umum siswa SMA Negeri 1 Sungai Penuh , jumlah siswa laki-laki lebih sedikit dibanding siswa perempuan (1 : 2). Dilihat dari komposisi umur rata-rata siswa berumur 15 s.d 19 tahun. Tingkat perkembangan siswa baik fisik maupun psikologis menunjukkan perkembangan yang pesat, hal ini sesuai dengan karakter usia remaja di mana pertumbuhan fisik dan psikis berlangsung cukup pesat. Dari segi budaya sangat heterogen, mengingat latar belakang orang tua siswa berasal dari berbagai etnis budaya, seperti Kerinci, Minang Kabau, Jambi, dan sebagaian kecil Medan, Jawa. Demikian pula faktor ekonomi sangat bervariasi, mulai dari tingkat ekonomi kuat, sedang, dan ekonomi lemah. Hampir 65 % berada pada tingkat ekonomi kelas menengah. Dilihat dari tingkat kemampuan awal siswa, bisa disimpulkan 65 % berada pada tingkat berada pada tingkat 50  -  70  dari tingkat penguasaan KKM
Tabel Keadaan Siswa sman 1 Sei. Penuh Desember 2011
NO.
KELAS
LK
PR
JUMLAH
JLH.TOTAL
AGAMA
1.
X
143
215
LK : 143
PR : 215
358
ISLAM: 350
KRISTEN:8
2.
XI
IPA:43
IPS:60
IPA:133
IPS:74
LK :103
PR : 207
310
ISLAM:309
KRISTEN:1
3.
XII
IPA:49
IPS:71
IPA:116
IPS:70
LK :120
PR : 186
306
ISLAM:298
KRISTEN:8

b) Specific Entry Competencies ( Mendiagnosis kemampuan awal pembelajar)
Kemampuan awal rata-rata siswa yang terjaring atau diterima di SMAN 1 Sungai Penuh menunjukan tingkat akademik yang bagus. Hal ini berdasarkan sistem penerimaan siswa baru yang berpedoman kepada tiga kriteria;
1.                  Rata-rata nilai NEM SLTP
2.                  Rata-rat Nilai rapor dari Semester 1 sampai semester 6, khusus mata pelajaran yang di UN-kan
3.                  Rata-rata nilai tes tertulis
Jumlah keseluruhan nilai rata-rata  kriteria tadi dibagi tiga untuk menetukan rata-rata nilai akhir untuk dapat diterima menjadi siswa SMAN 1 Sungai Penuh. Di samping sistem penilaian tersebut, masih dilakukan tes kemampuan awal dari seluruh siswa yang diterima. Dari sistem penilaian tersebut tergambarlah kemampuan awal siswa.Berdasarkan kenyataan di lapangan kemampuan awal siswa sudah cukup bagus, Dilihat dari tingkat kemampuan awal siswa, bisa disimpulkan 65 % berada pada tingkat  50  -  70  dari tingkat penguasaan KKM. Hal ini menggambarkan bahwa kemampuan siswa (kemampuan akademik) sudah cukup bagus sebagai input dalam proses kegiatan belajar mengajar.
c) Learning Style (Gaya Belajar)
Gaya belajar seseorang akan sangat berpengarauh terhadap kemampuannya untum menyerap materi pembelajaran. Seperti yang dikatakan oleh Heinich (2008) gaya belajar menyangkut tiga faktor yakni psikologi yang mempengaruhi bagaimana seseorang dan merespon stimulus yang berbeda seperti keinginan, sikap, pilihan visual atau audio.
Gaya belajar yang dimiliki setiap pembelajar di SMAN 1 Sungai Penuh sangat berbeda-beda. Hal ini tentu akan mengantarkan mereka ke dalam pemaknaan proses belajar atau pemahaman mereka terhadap konsep belajar menjadiberagam pula. Gaya belajar yang ditunjukkan oleh setiap siswa memang sangat sulit untuk ditarik suatu kesimpulan, bahwa setiap siswa akan memiliki gaya belajar visual, audio, atau kinestetik. Hal ini disebabkan karena ketiga gaya belajar tersebut bisa saja terdapat pada setiap siswa, namun tentu saja ada gaya belajar yang lebih menonjol dari ketiga gaya belajar tersebut. Demikian juga secara emosi bahwa setiap siswa akan menunjukkan sikap atau perilaku yang sangat berbeda dalam mengikuti setiap kegiatan pembelajaran. Namun demikan khususnya di SMAN 1 Sungai Penuh, dapat dikatakan bahwa gaya belajar siswa sangat bergantung pada kemampuan guru dalam memilih strategi dan metode dalam mengajar.

2. STATE STANDARDS AND OBJECTIVES (Menentukan Standard Dan Tujuan)
Tahap selanjutnya dalam ASSURE model adalah merumuskan tujuan dan standar. Dengan demikian diharapkan peserta didik dapat memperoleh suatu kemampuan dan kompetensi tertentu dari pembelajaran. Dalam merumuskan tujuan dan standar pembelajaran perlu memperhatikan dasar dari strategi, media dan pemilihan media yang tepat.
a) Pentingnya Merumuskan Tujuan dan Standar dalam Pembelajaran
Dasar dalam penilaian pembelajaran ini menujukkan pengetahuan dan kompetensi seperti apa yang nantinya akan dikuasai oleh peserta didik. Selain itu juga menjadi dasar dalam pembelajaran siswa yang lebih bermakna. Sehingga sebelumnya peserta didik dapat mempersiapkan diri dalam partisipasi dan keaktifannya dalam pembelajaran.
Ada beberapa alasan mengapa tujuan perlu dirumuskan dalam merancang suatu program pembelajaran seperti yang dijelaskan oleh Wina Sanjaya (2008 : 122-123) berikut ini :
  1. Rumusan tujuan yang jelas dapat digunakan untuk mengevaluasi efektifitas keberhasilan proses pembelajaran.
  2. Tujuan pembelajaran dapat digunakan sebagai pedoman dan panduan kegiatan belajar siswa
  3. Tujuan pembelajaran dapat membantu dalam mendesain sistem pembelajaran
  4. Tujuan pembelajaran dapat digunakan sebagai kontrol dalam menentukan batas-batas dan kualitas pembelajaran.
Kegiatan Proses Belajar Mengajar yang berlangsung di SMAN 1 Sungai Penuh sudah dapat dikatakan berjalan dengan baik. Hal ini sangat beralasan karena kemampuan setiap guru dalam merancang dan melaksanakan lima tugas pokok guru sudah berjalan dengan baik. Setiap awal tahun pelajaran, semua guru sudah mempersipakan program semester sampai penyusunan RPP, yang dilakukan dengan berpedoman ke GBPP. Di samping itu Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang disusun telah mempertimbang tujuan yang ingin dicapai oleh setiap Kompetensi Dasar, dengan merumuskan indikator yang terukurdan menyesuaikan dengan domain (kognitif, psikomotor, dan afektif). Hal ini tentu sesuai pula dengan perumusan tujuan pembelajar yang berbasis ABCD.
b) Tujuan Pembelajaran yang Berbasis ABCD
Menurut Smaldino,dkk.,setiap rumusan tujuan pembelajaran ini haruslah lengkap. Kejelasan dan kelengkapan ini sangat membantu dalam menentukan model belajar, pemanfaatan media dan sumber belajar berikut asesmen dalam KBM.  Rumusan baku ABCD tadi dijabarkan sebagai berikut:
  • A = audience
Pebelajar atau peserta didik dengan segala karakterisktiknya. Siapa pun peserta didik, apa pun latar belakangnya, jenjang belajarnya, serta kemampuan prasyaratnya sebaiknya jelas dan rinci.
  • B = behavior
Perilaku belajar yang dikembangkan dalam pembelajaran. Perlaku belajar mewakili kompetensi, tercermin dalam penggunaan kata kerja. Kata kerja yang digunakan biasanya kata kerja yang terukur dan dapat diamati.
  • C = conditions
Situasi kondisi atau lingkungan yang memungkinkan bagi pebelajar dapat belajar dengan baik. Penggunaan media dan metode serta sumber belajar menjadi bagian dari kondisi belajar ini. Kondisi ini sebenarnya menunjuk pada istilah strategi pembelajaran tertentu yang diterapkan selama proses belajar mengajar berlangsung.
  • D = degree
Persyaratan khusus atau kriteria yang dirumuskan sebagai dibaku sebagai bukti bahwa pencapaian tujuan pembelajaran dan proses belajar berhasil. Kriteria ini dapat dinyatakan dalam presentase benar (%), menggunakan kata-kata seperti tepat/benar, waktu yang harus dipenuhi, kelengkapan persyaratan yang dianggap dapat mengukur pencapaian kompetensi. Ada empat kategori pembelajaran.
1. Domain Kognitif
Domain kognitif, belajar melibatkan berbagai kemampuan intelektual yang dapat diklasifikasikan baik sebagai verbal / informasi visual atau sebagai ketrampilan intelektual.
2. Domain Afektif
Dalam domain afektif, pembelajaran melibatkan perasaan dan nilai-nilai.
3. Motor Domain Skill
Dalam domain ketrampilan motorik, pembelajaran melibatkan atletik, manual, dan ketrampilan seperti fisik.
4. Domain Interpersonal
Belajar melibatkan interaksi dengan orang-orang.
c) Tujuan Pembelajaran dan Perbedaan Individu
Berkaitan dengan kemampuan individu dalam menuntaskan atau memahami sebuah materi yang diberikan. Individu yang tidak memiliki kesulitan belajar dengan yang memiliki kesulitan belajar pasti memiliki waktu ketuntasan terhadap materi yang berbeda. Untuk mengatasi hal tersebut, maka timbullah mastery learning (kecepatan dalam menuntaskan materi tergantung dengan kemampuan yang dimiliki tiap individu.
3 SELECT STRATEGIES, TECHNOLOGY, MEDIA, AND MATERIALS (Memilih, Strategi, Teknologi, Media dan Bahan ajar)
Langkah selanjutnya dalam membuat pembelajaran yang efektif adalah mendukung pembelajaran dengan menggunakan teknologi dan media dalam sistematika pemilihan strategi, teknologi dan media dan bahan ajar.
a). Memilih Strategi Pembelajaran
Pemilihan strategi pembelajarn disesuaikan dengan standar dan tujuan pembelajaran. Selain itu juga memperhatikan gaya belajar dan motivasi siswa yang nantinya dapat mendukung pembelajaran. Strategi pembelajaran dapat mengandung ARCS model (Smaldino dari Keller,1987). ARCS model dapat membantu strategi mana yang dapat membangun  Attention  (perhatian) siswa, pembelajaran berhubungan yang Relevant dengan keutuhan dan tujuan, Convidentdesain pembelajaran dapat membantu pemaknaan pengetahuan oleh siswa dan Satisfaction dari usaha belajar siswa.
Strategi pembelajaran dapat terlebih dahulu menentukan metode yang tepat. Beberapa metode yang dianjurkan untuk digunakan ialah (Dewi Salma Prawiradilaga, 2007):
  1. Belajar Berbasis Masalah (problem-based learning)
Metode belajar berbasis masalah melatih ketajaman pola pikir metakognitif, yakni kemampuan stratregis dalam memecahkan masalah.
  1. Belajar Proyek (project-based learning)
Belajar proyek adalah metode yang melatih kemampuan pebelajar untuk melaksanakan suatu kegiatan di lapangan. Proyek yang dikembangkan dapat pekerjaan atau kegiatan sebenarnya atau berupa simulasi kegiatan.
  1. Belajar Kolaboratif
Metode belajar kolaboratif ditekankan agar pebelajar mampu berlatih menjadi pimpinan dan membina koordinasi antar teman sekelasnya.
b) Memilih Teknologi dan Media yang sesuai dengan Bahan Ajar
Kata Media berasal dari bahasa latin yang merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah dapat diartikan sebagai perantara atau pengantar. Menurut Lesle J.Brigges dalam Sanjaya (2008 : 204) menyatakan bahwa media adalah alat untuk perangsang bagi peserta didik dalam proses pembelajaran. Selanjutnya Rossi dan Breidle dalam Sanjaya (2008 : 204) mengemukakan bahwa media pembelajaran adalah seluruh alat dan bahan yang dapat dipakai untuk tujuan pendidikan, seperti radio, televisi, buku, koran, majalah dan sebagainya. Sedangkan menurut Gerlach, media bukan hanya berupa alat atau bahan saja, tetapi hal-hal lain yang memungkinkan siswa dapat memperoleh pengetahuan. Media itu meliputi orang, bahan, peralatan atau kegiatan yang menciptakan kondisi yang memungkinkan siswa memperoleh pengetahuan, keterampilan dan sikap.
Bentuk media adalah bentuk fisik dimana sebuah pesan digabungkan dan ditampilkan. Bentuk media meliputi, sebagai contoh, diagram (gambar diam dan teks) slide ( gambar diam lewat proyektor) video (gambar bergerak dalam TV), dan multimedia komputer (grafik, teks, dan barang bergerak dalam TV) Setiap media itu mempunyai kekuatan dan batasan dalam bentuk tipe dari pesan yang bisa direkam dan ditampilkan. Memilih sebuah bentuk media bisa menjadi sebuah tugas yang kompleks-merujuk kepada cakupan yang luas dari media yang tersedia, keanekaragaman siswa dan banyak tujuan yang akan dicapai.
Memilih format media dan sumber belajar yang disesuaikan dengan pokok bahasan atau topik. Peran media pembelajaran menurut Smaldino
  • Memilih , Mengubah, dan Merancang Materi
  1. Memilih Materi yang tersedia
  • Melibatkan Spesialis Teknologi/Media
  • Menyurvei Panduan Referensi Sumber dan Media
  1. Mengubah Materi yang ada
  2. Merancang Materi Baru
4.  UTILIZE TECHNOLOGY, MEDIA AND MATERIALS (Menggunakan Teknologi, Media dan Bahan Ajar)
Sebelum memanfaatkan media dan bahan yang ada, sebaiknya  mengikuti langkah-langkah seperti dibawah ini,yaitu:
a).   Mengecek bahan (masih layak pakai atau tidak)
b).   Mempersiapkan bahan
c).   Mempersiapkan lingkungan belajar
d).   Mempersiapkan pembelajar
e).   Menyediakan pengalaman belajar (terpusat pada pengajar atau pembelajar)
            *Preview materi
Pendidik harus melihat dulu materi sebelum mennyampaikannya dalam kelas dan selama proses pembelajaran pendidik harus menentukan materi yang tepat untuk audiens dan memperhatikan tujuannya.
Khusus yang berhubungan dengan mata pelajaran bahasa Indonesia di SMAN 1 Sungai Penuh untuk semua tingkatan (kelas X. XI, XII) mengajar dengan menggunakan media Powerpoint, namun tidak semua materi dan penggunakan teknik ini masih memerlukan peninjauan kembali.
*Siapkan bahan
Dalam kegiatan pembelajaran bahasa Indonesia, saya tentunya mempersiapkan bahan/materi dan media untuk melaksanakan aktivitas pembelajaran dikelas. Materi untuk pembelajaran ini meliputi konsep yang berhubungan dengan materi paragraf  deduktif dan induktif beserta dengan contoh-contoh sampai dengan bagaimana siswa harus mengerjakan tugas-tugas yang berhubungan dengan teknik menyususn paragraf tersebut..
*Siapkan lingkungan
Pendidik harus mengatur fasilitas yang digunakan peserta didik dengan tepat dari materi dan media sesuai dengan lingkungan sekitar. Kegiatan pembelajaran di SMAN 1 Sungai Penuh kegiatan pembelajaran pada umumnya berlangsung di ruang kelas juga dapat berlangsung di laboratorium, perpustakaan, dan di lapangan terbuka.Semua sarana tersebut bisa saja dimanfaatkan dengan menyesuaikan dengan materi ajar. Tentunya agar pembelajaran itu dapat berlangsung dengan efektif guru harus mempersiapakan kondisi yang benar-benar kondusif agar kegiatan belajar mengajar dapat berjalan dengan baik dan mencapai tujuan yang telah dirumuskan.


*Peserta didik
Memberitahukan peserta didik tentang tujuan pembelajaran. Pendidik menjelaskan bagaimana cara agar peserta didik dapat memperoleh informasi dan cara mengevaluasi materinya.
*Memberikan pengalaman belajar
Mengajar dan belajar harus menjadi pengalaman. Sebagai guru kita dapat memberikan pengalaman belajar seperti : presentasi di depan kelas dengan projector, demonstrasi, latihan, atau tutorial materi.
5. REQUIRE LEARNER PARTICIPATION (Mengembangkan Partisipasi Peserta Didik)
Tujuan utama dari pembelajaran adalah adanya partisipasi siswa terhadap materi  dan media yang kita tampilkan. Seorang guru pada era teknologi sekarang dituntut untuk  memiliki pengalaman dan praktik menerapkan, menganalisis, mensintesis, dan mengevaluasi ketimbang sekedar memahami dan member informasi kepada siswa. Ini sejalan dengan gagasan konstruktivis bahwa belajar merupakan proses mental aktif yang dibangun berdasarkan pengalaman yang autentik, diman para siswa akan menerima umpan balik informative untuk mencapai tujuan mereka dalam belajar.
1.    Latihan Penggunaan Teknologi
  • Teknologi sebagai Perkakas Teknologi
  • Teknologi sebagai Perangkat Komunikasi
  • Teknologi sebagi Perangkat Penelitian
    •  Teknologi sebagai Perangkat Penyelesaian Masalah dan Pengambilan Keputusan
    • Menggunakan Peranti Lunak Pendidikan
    • Menggunakan Media lainnya untuk Latihan
2.    Umpan Balik
6.    EVALUATE AND REVISE (Mengevaluasi dan Merevisi)
Penilaian dan perbaikan adalah aspek yang sangat mendasar untuk mengembangkan kualitas pembelajaran. Penilaian dan perbaikan dapat berdasarkan tiga tahapan yaitu:
  1. Penilaian Hasil Belajar Siswa,
  • Penilaian Hasil Belajar Siswa yang Otentik,
  • Penilaian Hasil Belajar Portofolio
  • Penilaian Hasil Belajar yang Tradisional / Elektronik.
  1. Menilai dan Memperbaiki Strategi, teknologi dan Media
  2. Revisi Strategi, Teknologi, dan Media.
Sistem penilaian yang dilakasanakan di SMAN 1 Sungai Penuh untuk saat ini sudah dapat dikatakan sudah sesuai dengan apa yang diharapkan, dalam arti sudah sesuai dengan kriteria penilaian yang ditetapkan melalui buku petunjuk penilaian. Setiap guru wajib melakasanakan penilaian harian sesuai dengan kebutuhan dengan mengacu pada jumlah Kompetensi Dasar setiap mata pelajaran (3 s.d 5 kali Ulangan Harian). Di samping itu sistem penilaian juga dilaksanakan secara terprogram oleh pihak sekolah yakni; Ulangan Tengah Semester dan Ulangan Semester. Ketiga bentuk penilaian tersebut akan menghasilkan rata-rata nilai siswa. Yang tidak kalah penting dalam sistem penilaian kemampuan siswa dari tiga domain (kognitif, afektif, dan psikomotor) adalah  penilaian tugas, baik tugas terstruktur, tugas mandiri, dan tugas-tugas lain yang berkaitan dengan materi pelajaran. Dengan sistem penilaian tersebut diharapkan objektivitas hasil belajar siswa dapat tergambar dengan jelas dan objektif.
Ada beberapa fungsi dari evaluasi antara lain :
  1. Evaluasi merupakan alat yang penting sebagai umpan balik bagi siswa.
  2. Evaluasi merupakan alat yang penting untuk mengetahui bagaimana ketercapaian siswa dalam menguasai tujuan yang telah ditentukan.
  3. Evaluasi dapat memberikan informasi untuk mengembangkan program kurikulum.
  4. Informasi dari hasil evaluasi dapat digunakan siswa secara individual dalam mengambil keputusan.
  5. Evaluasi berguna untuk para pengembang kurikulum khususnya dalam menentukan tujuan khusus yang ingin dicapai
  6. Evaluasi berfungsi sebagai umpan balik untuk orang tua,guru,pengembang kurikulum,pengambil kebijakan

BAB III          RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
            RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
No: 12

Satuan Pendidikan      : SMA Negeri 1 Sungai Penuh
Mata Pelajaran             : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester           : XI IA 1/1
Alokasi Waktu               : 90 menit


Standar Kompetensi :
3. Menemukan perbedaan paragraf induktif dan deduktif melalui kegiatan membaca intensif.

Kompetensi Dasar
3.1 Menemukan perbedaan paragraf induktif dan deduktif melalui kegiatan membaca intensif.(C2)

Indikator
·      Mengidentifikasi gagasan utama setiap paragraf. (C2)
·      Menentukan paragraf yang termasuk dalam paragraf induktif dan deduktif berdasarkan letak gagasan utama.(C2)
·      Menulis paragraf deduktif dan induktif berdasarkan topik tertentu. (C3)

I. Tujuan Pembelajaran
Setelah peserta didik dapat mengidentifikasi gagasan utama setiap paragraf, peserta didik dapat menetukan paragraf deduktif dan induktif berdasarkan letak gagasan utama melalui membaca intensif dan akhirnya dapat menulis paragraf deduktif dan induktif berdasarkan topik tertentu.

II. Materi Ajar
·      Pengertian paragraf.
·      Pola pengembangan paragraf.
·      Paragraf deduktif.
·      Paragraf induktif.

III.  Model                                           : Kontruktivisme
      Strategi                                   : Cooperative Learning
      Pendekatan : Keterampilan Proses

IV. KKM                                                        : 70

V. Langkah-langkah Pembelajaran
No.
Kegiatan
Alokasi waktu
Metode
1












2


































3

Pendahuluan  
·        Guru memberi salam, dan berdoa sebelum belajar. (menunjukkan sikap religius dan ungkapan rasa syukur atas karunia-NYA)
·        Guru mengabsen siswa.
·        Guru mempersilakan siswa untuk. mempersiapkan diri dalam pembelajaran.
·   Guru menjelaskan kompetensi dasar yang harus dicapai.
·        Guru mengingatkan tentang paragraf. (slide ke-5)   

Inti
Eksplorasi
·      Guru memberikan pertanyaan pancingan yang terkait dengan paragraf deduktif dan induktif. (mengembangkan rasa ingin tahu)
·      Peserta didik distimulus berupa pemberian materi tentang membedakan paragraf deduktif dan induktif. (slide 6-12)
Elaborasi
·      Peserta didik membaca dengan cermat dan seksma teks yang disediakan oleh guru untuk diidentifikasi mana yang termasuk paragraf deduktif dan induktif.
·      Guru dan peserta didik mendiskusikan materi membedakan paragraf deduktif dan induktif. (Bahan Buku Aktif Berkomunikasi dengan Bahasa Indonesia 2 untuk kelas XI SMA dan MA karangan Nenden Lilis Aisyah dkk. halaman 75-76)
Berperilaku santun dalam berdiskusi (seperti: menghargai setiap pendapat; tidak memaksakan kehendak; mengajukan pendapat/ide dengan santun; menerima kesepakatan hasil diskusi).
·      Peserta mengerjakan beberapa soal soal latihan yang ada pada slide 15-18 sebagai tugas individu. (Bertanggungjawab dan disiplin dalam melaksanakan tugas)
·      Guru dan peserta didik secara bersama-sama membahas paragraf deduktif dan induktif persuasi yang ditugaskan pada slide 15-18.
·      Merangkum materi membedakan paragraph deduktif dan induktif.
Konfirmasi
·      Membacakan rangkuman
·      Menanggapi rangkuman yang dibacakan

Penutup
·      Penguatan keterampilan berupa refleksi dan guru memberikan PR kepada peserta didik  yang diambil dari buku Aktif Berkomunikasi dengan Bahasa Indonesia 2 untuk kelas XI SMA dan MA karangan Nenden Lilis Aisyah dkk. Halaman 76-77  dan dari latihan/tugas yang belum selesai dikerjakan di kelas.
·      Guru memberi salam
10 menit












70 menit


































10 menit

Ceramah
tanya jawab
diskusi
inkuiri
simulasi
demonstrasi

VI. Alat / Bahan / Sumber Belajar
·         Alat: computer, LCD proyektor
·         Bahan: buku penunjang yang terkait dengan materi,  Aktif Berkomunikasi dengan Bahasa Indonesia 2 untuk kelas XI SMA dan MA karangan Nenden Lilis Aisyah dkk., (e-book): Aktif dan Kreatif Berbahasa Indonesia untuk kelas XI SMA/MA, Bahasa dan Sastra Indonesia 2 SMA/MA kelas XI
·         Sumber: internet, surat kabar, majalah

VII. Prosedur Penilaian
            Penilaian Kognitif
                 Teknik  : Pertanyaan lisan dan tulisan
                 Bentuk : pilihan ganda,  uraian dan performan (unjuk kerja)
            Penilaian Afektif
                 Bentuk : Lembar pengamatan
Lembar Pengamatan
Nama
Disiplin
Aktivitas
Kerjasama
Kejujuran
Etika
Rata-rata







Skala Penilaian dibuat dengan rentangan dari 1 sampai dengan 5
Penafsiran angka : 1 = sangat kurang, 2 = kurang, 3 = cukup, 4 = baik, 5 = sangat baik

Penilaian Psikomotor
            Bentuk : Lembar penilaian kerja
Lembar penilaian psikomotor
No.
Nama
Aspek Yang Dinilai
Jumlah
Skor
Rata-rata Nilai
A
B
C
D
E
1
2









Aspek Yang Dinilai :
                    A = ketepatan menentukan gagasan utama
                    B = ketepatan menentukan letak gagasan utama pada paragraf
                    C = ketepatan menentukan pola pengembangan paragraf
D = ketepatan membedakan paragraf deduktif dan induktif
E = ketepaan menulis paragraf dedeuktif dan induktif berdasarka topik tertentu

Skala penilaian dibuat dengan rentangan dari nilai terkecil 20 sampai dengan 100.

Penugasan Terstruktur
  1. Menyimak penjelasan paragraf dan pola pengembangannya berdasakan letak gagasan utama.
  2. Menentukan gagasan utama dan letaknya pada paragraf.
  3. Menentukan jenis pola pengembangan paragraf berdasarkan letak gagasan utama.
  4. Membedakan paragraf deduktif dan induktif dari teks yang disediakan.
  5. Menulis paragraf deduktif dan induktif.





Kegiatan Mandiri
Mencatat pokok-pokok membedakan paragraf deduktif dan induktif dari tanyangan presentasi yang disampaikan guru atau dari berita atau dari buku Aktif Berkomunikasi dengan Bahasa Indonesia untuk kelas x SMA dan MA karangan Nenden Lilis Aisyah dkk., (e-book): Aktif dan Kreatif Berbahasa Indonesia untuk kelas X SMA/MA, Bahasa dan Sastra Indonesia 1 SMA/MA kelas, kemudian membuat rangkuman isi berita tersebut!

Instrumen Penilaian
   Butir Soal dan kunci jawaban terlampir pada bahan ajar (Master Soal Deduktif Induktif.wqc).

   Pedoman Penilaian = jumlah skor
                                                               
                                                                                                                                Sungai Penuh, 1 Pebruari 2012
                Kepala SMAN 1 Sungai Penuh                                                                    Guru Mata Pelajaran,


D a r i y o, S.Pd. M.Kom.                                                                                                Drs. Adli Sumantri
NIP 19660710 199101 1 001                                                                           NIP 19660106 199303 1 006

       











DAFTAR PUSTAKA
Smaldino, Sharon. Lowter, Deborah. Russel, James D. 2011. Teknologi  Pembelajaran dan Media untuk Belajar. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Depdiknas, Nov. 2006. Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan
(PAKEM) di TK dan SD. Jakarta: Depdiknas.
Depdiknas. 2003a. Kurikulum 2004: Standar Kompetensi Matapelajaran Biologi
SMA dan MA. Jakarta: Pusat Kurikulum Balitbang. Depdiknas.

Depdiknas. 2003b. Kurikulum 2004: Standar Kompetensi Mata Pelajaran Sains
SMP dan MTs. Jakarta. Pusat Kurikulum. Balitbang. Depdiknas.

Depdiknas. 2005. Peraturan Pemerintah RI. No.19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan. Jakarta: Biro Hukum dan Organisasi, SekjenDepdiknas.

Johnson, Elaine B. 2002. Contextual Teaching and Learning. Thousand Oaks:
Corwin Press.

Pusat Antar Universitas, PPAI. Ditjen Dikti. 1995. Bahan Ajar PEKERTI untuk
Dosen Muda. Buku 1A, 1B.

Sears, Susan. 2002. Contextual Teaching and Learning: A Primer for Effective
Instruction. Bloomington: Phi Delta Kappa Educational Foundation.
Pendidikan dan Latihan Profesi Guru, PSG Rayon 15 tahun 2008 31

Suparno, Paul. 1997. Filsafat Konstruktivisme Dalam Pendidikan. Yogyakarta:
Penerbit Kanisius.

Suyanto, Kasihani KE. Contextual Teaching and Learning: Bahan Pelatihan Guru
MTs. Malang, 20 Agustus 2005.

Widodo, Ari. 2004. Konstruktivisme dan Pemeblajaran Sain. Makalah, FPMIPA.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar